A HANDBOOK FOR SELF ACCEPTANCE

Diposkan: 23 Sep 2021 07:54:03 AM Dibaca: 505 kali


KEGAGALAN

Apa yang terbayang dalam pikiranmu saat mendengar atau membaca kata tersebut?

 

KEGAGALAN

Kita semua pernah bersentuhan dengannya. Namun, tak banyak yang paham bagaimana belajar dari kegagalan agar bisa menjadi lebih berhasil di kemudian hari. Sejak kecil kita diberi tahu bahwa kegagalan akan merusak kesuksesan. Kita diajari untuk menghindari kegagalan karena ketika mengalaminya, kita merasa sakit dan malu.

Mengapa bisa timbul perasaaan itu? Ini karena kita kerap menerjemahkan kegagalan terlalu berlebihan, mengaitkannya dengan citra diri (self-esteem), nilai diri (self-worth), dan penerimaan diri (self-acceptance). Namun, tahukah bahwa kegagalan bisa memberikan manfaat? Yang jarang kita pahami sejak kecil adalah bahwa kita bisa belajar darinya, mendapatkan wawasan baru, dan melakukan yang lebih baik di lain waktu. Jenis kegagalan yang tepat memberi informasi baru dan mengajari sesuatu yang membuat kita lebih dekat dengan tujuan. Justru, ketika semua yang kita lakukan persis seperti yang kita rencanakan, berjalan amat lancar dan sangat nyaman maka kita tidak mengembangkan diri. Dan, ketika tidak mengembangkan diri, kita berhenti bertumbuh. Jadi, kegagalan membuat kita bertumbuh.

Untuk mengubah persepsi kita saat mengalami kegagalan, kita bisa belajar dari buku A Handbook for Self-Acceptance—Learning from Failure. Ini adalah karya penulis Astrid Savitri yang termasuk salah satu buku dalam “A Handbook Series” dari Brilliant Books. Buku ini terbagi ke dalam tiga bagian:

1.      Mengapa gagal?;

2.     Faktor-faktor kegagalan; dan

3.     Berdamai dengan kegagalan.

Astrid mengajak kita untuk berkembang dan bertumbuh dari kegagalan. Di bagian pertama kita diajak untuk memahami konsep kegagalan: mengapa gagal; dan mengenalkan kita pada kegagalan dari para tokoh terkenal. Dari bab pertama ini, kita dapat belajar bahwa orang sesukses dan masuk jajaran orang terkaya di dunia, Mark Zuckerberg pun pernah gagal. Media sosial Facebook, Instagram, dan WhatsApp yang kita gunakan sehari-hari ini diawali dengan berbagai kegagalan. Atau, penulis terkenal J.K. Rowling yang sudah tidak kita ragukan lagi kehebatannya lewat serial Harry Potter. Naskah yang sudah diadaptasi ke layar lebar, game, audio book, dan seni pertunjukan itu pun pernah ditolak 12 penerbit besar sebelum akhirnya menjadi best seller dan diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Setelah memahami konsep kegagalan, kita bisa mengenali faktor-faktor kegagalan. Dari sini, kita akan belajar bahwa hal-hal yang tidak kita sadari ternyata adalah penyebab mengapa kita gagal. Setelah mengenali, kita bisa membenahi apa saja kebiasaan kita selama ini yang ternyata membawa kita pada kegagalan, seperti bagaimana kita mengatasi kebiasaan rasionalisasi, bagaimana mengelola emosi, dan membangun kebiasaan baru yang harapannya bisa membawa kita pada kesuksesan.

Bagian ketiga adalah bagian yang paling penting, tentang bagaimana kita berdamai dengan kegagalan. Di sini, Astrid menyuarakan apa yang kita rasakan ketika mengalami kegagalan. Bahwa, ada sejumlah emosi yang menyertainya: marah, malu, cemas, sedih, merasa terhina, dan lain sebagainya. Tentu saja, perasaan-perasaan itu tidak nyaman secara emosional sehingga kita akan cenderung melakukan apa pun untuk menghindarinya. Dan, sering kali, ketika menghindarinya, kita justru semakin sulit untuk bangkit. Berdamai dan menerima kegagalanlah yang akan membuat kita mampu memulai lagi. Bagaimana melakukannya? Di bagian tiga ini, kita akan dituntun untuk belajar merengkuh emosi, menangani insecurity, mengatasi ketakutan, dan berhenti baper.

Begitu selesai membaca buku ini dan menerapkan langkah-langkah di dalamnya, kita akan mampu untuk mengubah mindset kita selama ini dalam memandang kegagalan sehingga kita dapat mempertahankan sikap positif. Saat mengalami kegagalan, kita tidak lagi lari dan menghindarinya. Kita akan mampu untuk menerimanya sehingga kita bisa tumbuh dan berkembang darinya.

“Ketika sebuah rencana gagal, ubah rencananya, bukan tujuannya.”



0 Komentar

Tinggalkan Komentar

* Nama
* Email
  Website
* Komentar Note: HTML tidak diterjemahkan!
Masukkan kata ke dalam box:

Find Us